SUMATERA EKSPRES L.P.6 ..... Jangan Lupa Buku Tamunya Di Isi Ya .....

Selasa, 06 Oktober 2009

Kisah Orang Sukses

Pemasok Terkaya Indonesia
Raja Sawit dan Pulp
“Sukanto Tanoto”
Profil 
Nama : Sukanto Tanoto
Nama Asli : Tan Kang Hoo
Lahir : Belawan, 25 Desember 1949
Agama : Budha
Pendidikan : - SD di Belawan (1960)
- SMP di Medan (1963)
- SMA di Medan (1966)
Hoby : Dengar Musik Klasik
Isteri : Tinah Bingei Tanoto
Anak : Empat orang
Karir : - Pengusaha Toko Onderdil Mobil di Medan (1968)
  - Direktur CV Karya Pelita di Medan (1972)
  - Direktur Utama PT Raja Garuda Mas (1973)
  - Dirut PT Bina Sarana Papan di Medan (1976)
  - Dirut PT Overseas Lumber Indonesia di Medan (1979)
  - Dirut PT Gunung Melayu (1980)
  - Dirut PT Inti Indosawit Sejati (1980)
  - Dirut PT Saudara Sejati Luhur (1985)
  - Komisaris Utama PT Inti Indorayon Utama (1983 - sekarang)
  - Chairman & CEO Raja Garuda Mas International (sekarang)
Peru di LN : - National Development Coporation Guthrie di Filipina
  - Electro Magnetic di Singapura
  - Pabrik Kertas di China

APA DAN SIAPA SUKANTO…?

Sukanto adalah Milioner Indonesia yang mempunyai kekayaan senilai” US$ 2 miliar
(kurs 1US$ 11rb) = Rp.22 Triliun = Rp 22.000.000.000.000,-“
Pria kelahiran Belawan, Sumatera Utara, 25 Desember 1949, bernama asli Tan Kang Hoo, ini seorang pengusaha yang telah sukses berinvestasi di lebih 10 negara. Chairman dan CEO PT Raja Garuda Mas International dan Komisaris Utama PT Inti Indorayon Utama, ini salah satu raja produsen minyak kelapa sawit dan pulp and paper di dunia. Sejak kecil beliau bercita-cita menjadi dokter, Tapi, saat baru 18 tahun, ayahnya, Amin Tanoto, sakit stroke. Sulung dari tujuh bersaudara ini lalu mengambil alih tanggung jawab keluarga: meneruskan usaha orangtua berjualan minyak, bensin, dan peralatan mobil. Pekerjaan yang tak asing baginya karena sepulang sekolah ia biasa membantu orangtuanya sambil membaca buku. Dan, dari situ Sukanto alias Tan Kang Hoo pertama kali belajar keterampilan bisnis, termasuk menerima kenyataan dan tidak menyerah dalam keadaan apa pun, serta mencari solusi. berdagang onderdil mobil, lalu mengubah usaha itu menjadi general contractor & supplier. Suatu ketika, datang seorang pejabat Pertamina dari Aceh. Waktu itu saya tidak tahu kalau dia pejabat, kenang Sukanto. Ditawari kerja sama pekerjaan kontraktor, Ya, mau-mau saja, wong saya masih muda, ujarnya. Tak disia-diakan kesempatan itu.

Pandai melihat peluang, waktu impor kayu lapis dari Singapura menghilang di pasaran, di Medan ia mendirikan perusahaan kayu, CV Karya Pelita, 1972. Negara kita kaya kayu, mengapa kita mengimpor kayu lapis,ujarnya. Saya itu pioner,katanya. Di saat orang lain belum membuat kayu lapis, ia memproduksi kayu lapis dan mengubah nama perusahaannya menjadi PT Raja Garuda Mas (RGM), dengan ia sebagai direktur utama, 1973. Kayu lapis bermerek Polyplex itu diimpor ke berbagai negara Pasaran Bersama Eropa, Inggris, dan Timur Tengah.

Ketika belum ada orang membuka perkebunan swasta besar-besaran, walaupun waktu itu sudah ada perkebunan asing, di Sumatra, Sukanto membuka perkebunan kelapa sawit secara besar-besaran.
 
Setelah itu baru kita bikin Indorayon, tuturnya. PT Inti Indorayon Utama (IIU) yang bergerak di bidang reforestation menghasilkan pulp, kertas, dan rayon, serta mampu memasok bibit unggul pohon pembuat pulp di dalam negeri. Kehadiran IIU sempat ditentang masyarakat dan aktivis lingkungan hidup. Karena, ditengarai, Danau Toba tercemar berat oleh limbah pulp. Akibatnya, IIU sempat ditutup.
 
Tapi, Sukanto memetik hikmahnya: belajar dari kesalahan, agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Apa yang saya pelajari dari situ (Indorayon), lalu saya pakai di Riau, ujarnya. Di Riau, ia membuka Hutan Tanaman Industri dan mendirikan pabrik pulp yang konon terbesar di dunia, PT Riau Pulp. Mulai berdiri 1995, karena krisis, baru jadi pada 2001. Di sekitar pabriknya, bersama lembaga swadaya masyarakat, Sukanto membuat program community development untuk penduduk setempat. Saya tidak kasih ikan, tapi saya ajari mancing, itu yang kita kerjakan, tuturnya. Antara lain, program community development: penggemukan sapi, pembangunan jalan, dan pertanian. Mimpi saya, kalau saya dapat seratus pengusaha Riau itu jadi miliader, saya senang, katanya lagi.
Usaha Sukanto yang lain adalah bank. Ketika United City Bank mengalami kesulitan keuangan, pada 1986-1987, ia mengambil alih mayoritas sahamnya dan bangkit dengan nama baru: Unibank. Di Medan, ia pun merambah bidang properti, dengan membangun Uni Plaza, kemudian Thamrin Plaza. Tidak hanya dalam negeri, ia melebarkan sayap ke luar negeri, dengan ikut memiliki perkebunan kelapa sawit National Development Corporation Guthrie di Mindanao, Filipina, dan electro Magnetic di Singapura, serta pabrik kertas di Cina (yang kini sudah dijual untuk memperbesar PT Riau Pulp). Sejak 1997, Sukanto memilih bermukim di Singapura bersama keluarga dan mengambil kantor pusat di negeri itu. Obsesinya, ingin jadi pengusaha Indonesia yang bersaing di arena global, minimal di Asia. Tujuan utamanya, menurut dia, Bagaimana kita bisa memanfaatkan keunggulan kita, untuk bersaing, paling tidak di arena Asia. 

Kini, selain bisnis, ia hendak menulis buku tentang bagaimana entreprenur menghadapi krisis. Yang mau saya lakukan itu adalah penelitian bagaimana pengusaha di Eropa itu survive, pada First World War, Second World War. Bagaimana pengusaha Amerika itu melewati krisis 1930. Bagaimana pengusaha-pengusaha di Cina, waktu perubahan rezim, ketika komunis masuk, bagaimana mereka itu survive. Saya juga akan mempelajari bagaimana pengusaha-pengusaha melalui Latin America krisis, yang di Brasil, tuturnya. Apa krisis itu memunculkan bibit-bibit entreprenur yang baru, katanya lagi.
Kalau di bisnis, kunci sukses saya: think, act, learn, baca, dengar, lihat, katanya. Kedua, kalau saya tidak tahu, saya Tanya,Ketiga Impian.Saya juga tidak merasa sungkan menceritakan kegagalan saya, ujarnya lagi. Selain itu, pegangannya: do the right thing, do the thing right. Do the right thing diartikan sebagai suatu pedoman pada pola manajemen. Do the thing right memiliki penekanan terhadap pentingnya suatu action. Prinsip saya, bisnis dan politik tak boleh campur.
"Kita ingin buktikan bahwa pengusaha Indonesia tidak hanya jago kandang yang dapat fasilitas dari pemerintah. Tapi kami juga bisa menaklukkan dunia, dan kompetitor besar,".





 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger